HARI CINTA PUSPA & SATWA NASIONAL DALAM PRESPEKTIF EKOLOGI DAN EKONOMI
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional secara rutin diperingati setiap 5 November. Pada tahun ini, geloranya dimulai dari Seminar Nasional Ekologi vs Ekonomi pada 16 Oktober 2016 yang diadakan oleh BEM FMIPA kerjasama dengan dosen FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, mampu menarik ratusan peserta. Momentum penyelamatan puspa dan satwa nasional ini dikemas dalam sebuah takeline Ekologi vs Ekonomi, membuat peserta dari segala bidang ilmu tertarik untuk mengikuti seminar tersebut. Gedung Pertemuan Kampus 2 Unit B UAD menjadi saksi dimana dua ilmu yang berbeda kajian dapat dibahas dalam satu forum yang menarik. Konsep ekologi dan ekonomi dipaparkan dari sudut pandang masing-masing pakar. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa dan satwa nasional. Selama ini pemerintah masih kurang memperhatikan karena issue ini tidak seksi dalam kacamata ekonomi.
Salah satu pemateri mewakili ecologist, Hendro Kusumo EPM., M.Sc. memahamkan bagaimana konsep ekologi dari berbagai sumber literatur. Dalam upaya penyelamatan puspa dan satwa, kajian mengenai ekosistem menjadi yang paling penting. Ketika ingin berbicara ekonomi maka ekosistem, puspa, dan satwa seolah-olah masih harus dinilai dari sudut pandang uang agar dapat diukur manfaatnya. Pemapar dari bidang ekonomicst sekaligus dosen akuntansi Universitas Janabadra, Joko Purwanto Nugroho SE. M.Sc. menyampaikan, “Dari segi ekonomi, selama ini jelas memiliki konsep sendiri.” Hendro Kusumo yang juga dan juga dosen di Prodi Pendidikan Biologi FKIP, UAD menilik “Harusnya jika dilakukan cost benefit analysis harus secara benar dan melihat baik manfaat langsung maupun tidak langsung dari lingkungan.”
Hal sederhana mengenai perbedaan Ekologi dan Ekonomi adalah huruf L dengan N, dan huruf G dengan M. Lalu apakah membahas kajian ekologi dan ekonomi sesederhana itu, tentu tidak. Banyak hal yang harus ditilik kembali. Pembangunan bangsa kita telah mengalami banyak perubahan dari setiap pemerintahan presiden pertama hingga sekarang.Terlihat jelas wajah pembangunan setelah pergantian kabinet. Bapak pembangunan kita sudah menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan sebagai berkesinambungan yang artinya menjadi membangun secara terus menerus. Dalam hal ini, semakin banyak kuantitas pembangunan maka semakin meningkatnya pendapatan dalam sektor ekonomi. Akan tetapi kita pikirkan kembali dalam segi ekologi yang telah dibahas diatas berdampak menurunnya kualitas lingkungan dan punahnya puspa dan satwa nasional.
Indonesia harus lebih bijak dalam masalah ini karena hal seperti ini juga bukan hanya membuat ekonomi berkembang melainkan mengabaikan sisi lagi. Kesadaran terhadap lingkungan masih sangat dipengaruhi tingkat pendidikan masyarakat. Dalam hal ini diharapkan masyarakat juga turut andil mengawasi pemerintah yang sedang menjalankan mandatnya membangun negeri tercinta ini. “Ekologilah yang mendasari pembangunan ekonomi, keduanya bukan beriringan karena kitalah yang membutuhkan alam“ argumen Hendro saat mengisi seminar.
Pendapat yang mengatakan “Kita harus menyeimbangkan antara ekonomi dan ekologi” menurut Hendro sudah keliru. Dalam kasus pembangunan saat ini tidak boleh lagi ada tukar menukar (trade off) antara ekologi dan ekonomi. Ekonomi sendiri bergantung pada ekologi seperti yang telah dipaparkan di awal. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sangat memerlukan keseimbangan ekologi dan aspek sosial.
Beberapa kasus seperti reklamasi teluk Jakarta dan kasus pembangunan pabrik semen Rembang yang jika dilihat sisi ekonominya mungkin akan menaikan pertumbuhan ekonomi. Tetapi dalam hal ini terjadinya kerusakan lingkungan yang serius jika tidak didasari AMDAL yang benar. Begitupula dengan contoh penanaman “pohon mangrove” di Baros dan gumuk pasir di Pantai Selatan yang perlu pengajian yang mendalam dan menyeluruh. Tidak menutup kemungkinan rusaknya ekologi akan membalikkan pertumbuhan ekonomi yang menjadikan kerusakan alam, sebagai tolak ukur belum berkembangnya ekonomi di negeri kita ini. Sudah saatnya pembangunan memiliki visi ekonomi serta ekologi yang lebih cerdas dimana harus menyampingkan egoisme dalam pembangunan yang berdampak ke ekologi. Dari sinilah peranan pendidikan dimulai dan penting dalam menyiapkan kader pembangunan berikutnya yang lebih arif lagi menyikapi pembangunan.