Kuliah Umum Pendidikan Inklusi: Challenges and Opportunities
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar Kuliah Umum Pendidikan Inklusi pada Sabtu(30/11). Kuliah umum tersebut bertajuk “Inclusive Education for Children with Special Needs and Disabilities (SEND): Challenges and Opportunities”. Acara tersebut bertempat di Aula Islamic Center UAD dan terbuka bagi seluruh mahasiswa PG-PAUD UAD.
Wakil Dekan I FKIP UAD, Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.I., dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya PG-PAUD UAD untuk membuka wawasan terhadap isu-isu terkini. Ia menekankan pentingnya pemahaman terhadap pendidikan inklusi bagi calon guru PAUD.
“Menjadi guru PAUD sebaiknya memiliki pemahaman juga terkait pendidikan inklusi yang memadai. Mindset dan keterampilan mengajar kita mengarah kepada pendidikan inklusi. Sehingga teman-teman dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya,” ujar Suyatno dalam sambutannya.
PG-PAUD UAD menghadirkan Pujaningsih, S.Pd., M.Pd., Ed.D. sebagai narasumber kuliah umum ini. Ia merupakan dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Dengan kualifikasinya yang kompeten pada bidang inklusi, Puja menerangkan terkait filosofi, implementasi, hingga tantangan dari Pendidikan Inklusi.
Inclusive Education for Children with Special Needs and Disabilities (SEND): Challenges and Opportunities
Puja mengungkapkan bahwa disabilitas adalah sebuah batasan atau hambatan yang seseorang ciptakan untuk diri sendiri. Terdapat dua paradigma tentang disabilitas yang Puja terangkan, yaitu medical paradigm dan social paradigm. Pada medical paradigm, disabilitas merupakan hambatan dari seseorang. Sedangkan pada social paradigm, disabilitas merupakan hambatan dari lingkungan. Pendidikan inklusi, kata Puja, berguna untuk membantu mendeteksi adanya social paradigm tersebut.
”Kita harus punya local wisdom untuk bisa mendeteksi disabilitas anak sejak dini,” ujar Puja dalam materinya.
Inklusi, dalam materinya, berupa proses bagi siapapun untuk terus belajar cara merespon terhadap perbedaan. Tiga kata kunci yang Puja gunakan untuk menggambarkan inklusi, yaitu Access, Participation, dan Support. Sehingga menurut Puja, Sekolah Inklusi merupakan tempat di mana semua siswa memiliki akses dan berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan umum serta memperoleh dukungan yang sama.
“Banyak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang tidak bisa kita diagnosa sejak dini, tetapi gejalanya sudah muncul sejak dini. Maka mau tidak mau, guru PAUD harus mampu untuk mendeteksi, mengayomi, dan mendukung ABK tersebut,” tegas Puja pada akhir materinya.
Salah satu mahasiswi PG-PAUD UAD, Arni Fitriyani, mengungkapkan bahwa ilmu yang Ia peroleh dari kuliah umum ini benar-benar dapat Ia terapkan di sekolah. Arni, yang juga merupakan guru TK ABA Al-Ishlah Yogyakarta, membenarkan bahwa semakin banyak ABK yang masuk jenjang TK. Sehingga ilmu dari Puja, baginya, menambah wawasan mengenai langkah pelayanan terbaik kepada ABK.
”Karena saya sudah menjadi guru TK, jadi benar-benar ilmunya bisa diterapkan di sekolah. Kebetulan semakin ke sini banyak ABK masuk di TK, jadi sangat membantu kami bagaimana langkah pelayanan kepada ABK,” terang Arni ketika sesi wawancara oleh Tim Humas FKIP UAD.
(Ql Humas FKIP UAD)