Perjalanan Mahasiswi PGPAUD, Menggali Pendidikan di Filipina
Kemala Wijaya, mahasiswa Program Studi PGPAUD FKIP UAD menantang dirinya untuk menggali pendidikan di Filipina melalui SEA Teacher 2025. SEA Teacher merupakan program pertukaran mahasiswa yang diselenggarakan oleh Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO).
Selama 27 hari, ia menjalani pengalaman belajar dan mengajar di Central Luzon State University (CLSU), Filipina, bersama tiga mahasiswa UAD lainnya. Bagi Kemala, keputusan untuk mengikuti program ini bukan sekadar tentang pergi ke luar negeri, tetapi lebih kepada dorongan untuk memahami dunia pendidikan di luar Indonesia. Rasa penasaran tentang sistem pendidikan, budaya, hingga kebiasaan masyarakat Filipina membuatnya semakin tertarik untuk terjun langsung ke dalam lingkungan baru.
Tahun lalu saya pertama kali mengajar anak-anak TK internasional di Jeddah, dan itu memberi saya tantangan baru. Kali ini, saya ingin mencoba pengalaman serupa di negara lain, ungkap Kemala.
Menyiapkan diri untuk hidup di negara orang bukanlah hal mudah. Bahasa Inggris menjadi fokus utama persiapannya karena anak-anak di Filipina lebih terbiasa menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari. Selain itu, ia juga melakukan riset kecil tentang sistem pembelajaran TK di Filipina, termasuk bagaimana merancang lesson plan yang sesuai. Tak hanya itu, Kemala dan teman-temannya juga menyiapkan tari tradisional mix modern sebagai bagian dari pertukaran budaya.
Semua peserta SEA Teacher wajib memiliki penampilan budaya karena ini bukan hanya tentang pendidikan, tapi juga tentang saling mengenal dan berbagi, ungkap Kemala.

Kemala Wijaya, mahasiswa PGPAUD UAD bersama peserta SEA Teacher lainnya
Selain aspek akademik dan budaya, Kemala juga menyiapkan mental dan spiritualnya. Kemala harus siap menghadapi berbagai pertanyaan tentang agamanya di negara dengan mayoritas non-Muslim. Pertanyaan tersebut meliputi alasan mengenakan hijab, tidak makan makanan tertentu, dan cara menjalankan ibadah.
Selain aspek akademik dan budaya, Kemala juga menyiapkan mental dan spiritualnya. Kemala harus siap menghadapi berbagai pertanyaan tentang agamanya di negara dengan mayoritas non-Muslim. Pertanyaan tersebut meliputi alasan mengenakan hijab, tidak makan makanan tertentu, dan cara menjalankan ibadah. Kemala juga mendalami fiqih najis karena jumlah anjing lebih banyak ketimbang kucing di Filipina.
Selama di Filipina, Kemala menemukan banyak hal menarik yang berbeda dengan Indonesia. Salah satu yang paling berkesan baginya adalah budaya ketepatan waktu. Selain itu, Kemala juga terkesan dengan kemandirian anak-anak di TK yang sudah terbiasa mengurus keperluan mereka sendiri, dari ke toilet, membagikan worksheet, membersihkan kelas, hingga bertanggung jawab atas barang pribadi mereka.
Di sini, orang-orang sangat menghargai waktu. Jika ada acara jam 8 pagi, jam 7.45 kami sudah dijemput. Ini hal kecil tapi sangat berarti, ujar Kemala.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Kemala merasa beruntung mendapat dukungan penuh dari Prodi PGPAUD dan keluarganya. Prodi tidak hanya membantu dalam hal administratif, tetapi juga memberikan merchandise untuk dibawa sebagai bentuk apresiasi dan kenang-kenangan bagi mitra universitas di Filipina. Sementara itu, keluarganya selalu memastikan ia baik-baik saja, memberikan dukungan finansial, serta doa yang menjadi kekuatan utamanya selama berada jauh dari rumah.
Menurut Kemala, mahasiswa yang berani mengikuti program internasional adalah mereka yang berani keluar dari zona nyaman dan memiliki growth mindset.
Tidak semua orang berani mengambil tantangan ini, padahal pengalaman seperti ini akan membentuk mental, keterampilan, dan cara berpikir kita, ungkap Kemala.
Kemala pun mengajak adik tingkatnya untuk tidak ragu menggali pendidikan di luar negeri. Jangan takut karena tidak bisa menguasai bahasa asing karena yang dibuthkan adalah keberanian dan tekad untuk belajar.
Mengikuti program seperti ini bukan soal seberapa fasih bahasa asing kita, tapi tentang keberanian untuk belajar. Jangan menunggu sempurna dulu, karena justru di sinilah tempat kita berkembang. Kalau ada kesempatan, ambil dan nikmati setiap prosesnya, pesan Kumala.
Pengalaman Kemala di SEA Teacher 2025 menjadi bukti bahwa keluar dari zona nyaman bisa membawa banyak pelajaran berharga. Tidak hanya tentang pendidikan, tetapi juga tentang memahami dunia dari perspektif yang lebih luas.
(puspitasari/ed: ink)