Diskusi Fisika & Budaya Yogyakarta, Mahasiswa S-2 PFis UAD Edukasi Lansia
Sebagai upaya edukasi sekaligus pemberdayaan masyarakat lansia, mahasiswa program studi Magister Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan kegiatan diskusi dengan topik Filosofi Budaya Yogyakarta. Diskusi tersebut dikaitkan dengan konsep kesetimbangan dalam ilmu Fisika. Program ini bertajuk “Warisan Budaya dan Fisika: Menghidupkan Kenangan dalam Program Lansia”. Tujuan program ini untuk memperkaya pemahaman masyarakat lansia tentang keseimbangan hidup melalui pendekatan ilmiah dan budaya Yogyakarta yang lebih mendalam.
Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu(26/10) di PCA Sedayu Kelurahan Argomulyo, Yogyakarta, dengan sekitar 30 peserta berusia lanjut. Diskusi ini mendapatkan sambutan positif dari para peserta. Selain menambah wawasan baru, kegiatan ini juga membantu mereka merasakan keterhubungan antara konsep-konsep budaya Yogyakarta yang sudah akrab dengan keseharian mereka dan pemahaman ilmiah yang lebih mendalam.
Mahasiswa pascasarjana Pendidikan Fisika UAD menjadi penggerak utama kegiatan ini. Mereka merupakan kelompok Prodamat yang fokus pada penerapan konsep Fisika dalam kehidupan sosial. Kelompok mahasiswa ini memiliki keinginan kuat untuk menyampaikan ilmu Fisika dengan cara yang relevan bagi masyarakat, terutama bagi lansia. Harapannya mereka dapat membantu para lansia untuk lebih memahami keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Prodamat ini menggabungkan konsep keseimbangan Fisika dengan filosofi budaya Yogyakarta yang sarat dengan nilai-nilai keseimbangan dan keharmonisan hidup. Melalui diskusi, mahasiswa menjelaskan konsep kesetimbangan dalam Fisika, seperti kesetimbangan gaya, titik keseimbangan, dan hukum-hukum dasar dalam Fisika yang menjadi prinsip keseimbangan. Selain itu, mereka juga mengajak para lansia untuk mengaitkan dengan konsep sumbu filosofi Yogyakarta.
Mahasiswa Fisika menyadari bahwa pemahaman mengenai keseimbangan hidup tidak hanya bermanfaat bagi para akademisi, tetapi juga penting bagi masyarakat luas, terutama lansia, yang sering menghadapi perubahan besar dalam hidup mereka. Filosofi budaya Jawa sendiri sangat menekankan pentingnya keselarasan dan kesetimbangan—konsep yang juga menjadi inti dari banyak prinsip dalam Fisika. Dengan mengaitkan ilmu pengetahuan dan budaya lokal, mahasiswa berharap dapat membantu para lansia memahami konsep keseimbangan yang bukan hanya berguna dalam Fisika tetapi juga sebagai prinsip kehidupan.
Diskusi Filosofi Budaya Yogyakarta
Sumbu Filosofi Jogja adalah konsep tata ruang yang menghubungkan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Laut Selatan dalam garis imajiner. Garis ini menciptakan poros atau sumbu yang melambangkan hubungan antara manusia, alam, dan dunia spiritual dalam filosofi Jawa. Tiga titik utama pada sumbu ini melambangkan unsur-unsur penting: (1). Gunung Merapi sebagai sumber kekuatan alam, (2). Keraton sebagai pusat kehidupan dan pemerintahan manusia, serta (3). Laut Selatan sebagai simbol dunia mistis atau spiritual. Ketiganya membentuk harmoni, atau manunggaling kawula gusti, yaitu kesatuan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Konsep Keseimbangan (Kesetimbangan) dalam filosofi ini erat kaitannya dengan keseimbangan dalam fisika. Dalam fisika, kesetimbangan adalah kondisi di mana semua gaya yang bekerja pada suatu benda saling meniadakan, baik dalam keadaan diam (kesetimbangan statis) maupun bergerak dengan kecepatan tetap (kesetimbangan dinamis).
Pada Sumbu Filosofi Jogja, keseimbangan tercapai antara tiga elemen utama: alam (Gunung Merapi), kehidupan manusia (Keraton), dan spiritualitas (Laut Selatan). Perumpamaannya seperti kesetimbangan dalam fisika: setiap elemen (atau gaya) bekerja secara harmonis untuk menciptakan stabilitas, ketenangan, dan keteraturan. Jika salah satu elemen terganggu atau tidak seimbang, maka kestabilan keseluruhan dapat terpengaruh. Hal ini mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Baik keseimbangan dalam hubungan manusia dengan alam, spiritualitas, maupun dalam kehidupan sosial dan budaya.
Kemudian kegiatan ini berakhir dengan berlatih angklung bersama sebagai salah satu upaya meningkatkan kesehatan emosional lansia. Para mahasiswa mengungkapkan pertemuan berikutnya akan membahas tentang Keris dan Teknologinya yang sesuai dengan konsep keseimbangan dalam Fisika.
(mpfis/ed:ql)