100 tahun IAU Siswa Tunarungu Belajar Astronomi di Observatorium UAD
Yogyakarta. Dalam rangka perayaan 100 tahun International Astronomical Union, Observatorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Everyone Universe “semesta kita semua”. Kegiatan ini merupakan kegiatan Internasional di berbagai negara dengan melakukan pengamatan langit dalam waktu yang bersamaan. IAU diperingati setiap tanggal 10-13 Januari yang terdiri dari kurang lebih 650 kegiatan dan dilakukan lebih dari 80 negara di dunia. Salah satunya adalah kegiatan pada Minggu, 13 Januari 2019 bertempat di Observatorium UAD pada pukul 08.00-12.00 WIB.
Acara dihadiri oleh siswa dan guru dari SLB N 2 Bantul, karena kali ini observatorium ingin menghadirkan siswa tuna rungu sesuai dengan temanya. Observatorium mengadakan kegiatan ini untuk memperkenalkan astronomi kepada siswa tuna rungu berkaitan dengan ilmu astronomi. Selain itu, kegiatan ini juga memperkenalkan bahwa observatorium UAD merupakan tempat yang sangat ramah termasuk untuk difabel. “Harapannya agar kegiatan-kegiatan astronomi itu dapat bersifat yang inklusi tidak hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja tetapi oleh semua pihak, semua siswa supaya semuanya bisa belajar astronomi, dengan begitu ini merupakan observatorium yang dapat dikunjungi oleh semua pihak yang ilmunya juga dapat dikuasai oleh semua orang dalam berbagai macam kondisinya dan ini memang tujuannya kita memang untuk mencerahkan umat melalui astronomi” Jelas Yudhiakta, selaku kepala Pusat Studi Astronomi UAD.
Kegiatan selanjutnya adalah pengamatan matahari dengan teleskop di kubah observatorium UAD dilanjutkan dengan penjelasan mengenai lubang zenit dipandu mahasiswa anggota Kelompok Studi Andromeda dan materi astronomi dari Yudiakto Pramudya,Ph.D. Ketika di kubah, penjelasan teleskop dan fungsi kubah dilakukan oleh pemandu observatorium yang merupakan mahasiswa pendidikan Fisika UAD. Pengamatan matahari beberapa kali terganggu awan yang menutupi matahari sehingga sulit untuk melihat dengan teleskop. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat siswa-siswi. Sembari menunggu matahari terlihat, beberapa siswa bertanya kepada pemandu, kemudian dijawab dengan bantuan guru.
Kegiatan dilanjutkan dengan materi astronomi, materi yang disampaikan merupakan penjelasan singkat mengenai kegiatan hari ini, IAU, dan materi astronomi yang dapat dipahami oleh siswa tunarungu. Siswa-siswi SLB N 2 Bantul sangat bersemangat untuk mengikuti acara ini karena dirasa menarik dan mudah dipahami. Yudiakto memaparkan materi dengan penjelasan berupa gambar yang saling berkesinambungan, sehingga memudahkan siswa untuk memahami makna dari apa yang dijelaskan.
Motivasi yang diberikan Yudiakto dalam materinya kepada siswa-siswi tunarungu adalah kekurangan tidak menghalangi hebatnya seseorang “dia bisa hebat meskipun tunanetra, dan kalian bisa hebat juga meskipun kalian tunarungu,” ujar beliau kepada siswa-siswi tunarungu dengan menunjuk gambar seorang astronom yang terlihat di layar. Yudiakto memberikan materi dibantu oleh salah satu guru dari SLB N 2 Bantul dengan menggunakan bahasa isyarat sederhana yang dapat dipahami siswa. Dengan begitu ada beberapa pertanyaan dari siswa muncul ketika diberikan kesempatan bertanya. Suasana di dalam ruangan tersebut menjadi lebih hidup dan siswa sangat cepat akrab kepada mahasiswa-mahasiswi Pendidikan Fisika UAD sebagai pemandu berjalannya kegiatan.
Dari kegiatan ini, Sri Noworini, S.Pd., yang merupakan salah satu guru SLB N 2 Bantul sangat bersyukur siswanya diberi kesempatan untuk belajar di observatorium UAD. “Saya mengucapkan terimakasih, anak-anak kami mendapat kesempatan untuk berkunjung ke observatorium UAD, merupakan suatu penghargaan apresiasi yang luar biasa dari UAD dan anak-anak kami merasa senang sekali mendapatkan ilmu yang baru, ilmu yang sangat bermanfaat untuk anak-anak kami”. Beliau juga memberikan masukan kepada Observatorium UAD untuk menambah gambar-gambar tentang alam semesta sehingga pengunjung difable seperti tuna rungu ini dapat lebih banyak mendapatkan wawasan dari indra lainnya (mata). “Mungkin untuk pemandu-pemandunya perlu alat peraga, karena anak-anak kami adalah pemata sehingga mereka akan lebih jelas, mungkin gambar-gambarnya lebih diperbanyak lagi sehingga implementasinya mereka bisa dibawa ke sekolah seperti oh ternyata sama dengan pelajaran di sekolah yang diberikan oleh guru saya sama dengan ilmu yang ada di sini” ujar Sri Noworini.
Kesuksesan tidak memandang dimana kita belajar, seberapa kuat kemampuan kita, seberapa sempurnanya kita tetapi kesuksesan adalah salah satu bentuk rasa syukur kita atas apa yang telah diberikan oleh yang maha kuasa. Hebatnya manusia tak melihat dari bagus tidaknya fisik kita tetapi hebatnya seseorang akan terlihat dari kegigihan dan kemauan seseorang untuk meraih cita-cita dan mimpinya.(Fe,H3)