Guru Matematika Menuju MEA
Dr. Suhaidah Tahir, Deputy Director Research and Development SEAMEO RECSAM Malaysia, dalam pemaparan di seminar nasional Pendidikan Matematika UAD (SENDIKMAD) tahun 2015 menyampaikan peran pendidikan untuk memenuhi Visi ASEAN 2015 dengan mempromosikan Komunitas ASEAN yang mencapai melek huruf, pendidikan, keterampilan dan menjadi bagian dari komunitas ASEAN merupakan sumber kebanggaan bagi mahasiswa dan masyarakat ASEAN. Mengakui keragaman yang ada di kawasan Asia Tenggara dan pentingnya menyediakan guru matematika yang berkualitas untuk prestasi akademik yang berkelanjutan, The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Education in Science and Mathematics (RECSAM) memulai sebuah program untuk menyusun Standar untuk Guru Matematika di Asia Tenggara (SEARS-MT) yang akan digunakan sebagai tolok ukur untuk memantau peningkatan kualitas guru. Tujuan dari Standar untuk Guru Matematika (SEARS-MT) adalah untuk mendokumentasikan serangkaian standar yang menggambarkan kualitas seorang guru matematika di wilayah SEAMEO di abad 21. Standar tersebut meliputi indikator yang berhubungan dengan kualitas guru yaitu pengetahuan profesional, proses belajar mengajar profesional, atribut pribadi dan profesional, dan masyarakat profesional.
Sementara Prof. Dr. Didi Suryadi M. Ed, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, dalam kesempatan yang sama menyampaikan hasil temuannya tentang pengajaran matematika yaitu Didactical Design Research (DDR). Prof. Dr. Didi Suryadi M. Ed menerangkan, bahwa DDR merupakan metodologi baru untuk mengembangkan desain bahan ajar yang dikembangkan di UPI, dan hasil dari pemikiran UPI. Ia mengungkapkan, DDR dikembangkan selama dirinya terlibat dalam program Lesson Study. “Di Lesson Study saya bertemu para ahli pengajaran dari Jepang, dari hasil pengamatan saya muncullah metode baru ini,” ujar Didi Suryadi.
Metode DDR tersebut, lanjut Didi Suryadi, telah banyak digunakan oleh pengajar matematika, baik di sekolah maupun pendidikan tinggi. DDR menekankan pada bahan ajar, sehingga substansi materilah yang menjadi fokusnya. “Sebagus apapun metode mengajar bila tak diimbangi dengan metode bahan ajar akan kurang bagus,” terangnya.
Menurut Didi Suryadi, banyak pengajar yang bagus dalam proses mengajarnya, tapi metode bahan ajar banyak yang keliru. “Semestinya pengajar mengenalkan berbagai kemungkinan agar jawaban dan pemahaman peserta didik (siswa dan mahasiswa-red) tak terpaku pada apa yang disampaikan oleh pengajar,” jelasnya. Ia memberikan contoh segitiga sama sisi, yang memiliki titik A sebagai puncak dan titik B dan C sebagai titik alas. “Bila titik itu dibalik, apakah titik A masih disebut sebagai titik puncak? Makanya pengajar harus memberikan istilah lain selain titik puncak dan alas,” paparnya.