Intepretasi Kejenuhan Melalui Parade Monolog
Ketika manusia mencapai pada titik kejenuhan maka muncullah keculasan sebagai sifat dasar manusia yang selalu ingin lebih. Dari titik kejenuhan itulah Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) mencoba mengintepretasikannya ke dalam bentuk Parade Monolog. Agar memiliki berbagai pemahaman dari sudut pandang masing-masing yang berbeda, ilustrasi titik kejenuhan itu digambarkan dengan empat naskah monolog yang berbeda. “Kapan Mama ada Waktu untuk Lina?, Pak Ratno the Teacher and Not For Sale, Jeruji-Jeruji dan Sang Tikus” merupakan empat naskah karya Anes Prabu Sadjarwo yang dipentaskan pada Sabtu-Minggu, 21-22 Oktober 2013 di Parkir Tengah Kampus 2 Universitas Ahmad Dahlan.
“Pementasan ini merupakan pentas monolog perdana dari Teater JAB. Semoga menimbulkan kesimpulan-kesimpulan yang baru.” Ujar Agung Pambudi “Agung Sufi” selaku Pimpinan Produksi tahun 2013. Pentas Produksi merupakan agenda tahunan Teater JAB. Di tahun ini menyedot perhatian penonton hingga 257 penonton. “Semoga di tahun mendatang Teater JAB akan menghasilkan karya-karya yang baru dan bermanfaat bagi anggota Teater JAB, mahasiswa UAD dan pecinta seni di Yogyakarta.” Pesan dari ketua Teater JAB Nasirin yang akrab dipanggil Badrun NS.