Kisah Generasi yang Penuh Semangat dalam Mencari Ilmu
Saad bin Jubair berkata: “Dalam kuliah-kuliah Ibn Abbas, aku biasa mencatat di lembaran. Bila telah penuh, aku menuliskannya di kulit sepatuku, dan kemudian di tanganku. Ayahku sering berkata:” Hapalkanlah, tetapi terutama sekali tulislah. Bila telah sampai di rumah, tuliskanlah. Dan jika kau memerlukan atau kau tak ingat lagi, bukumu akan membantumu.”
Ibnu Saad mengatakan: “Bangsa Arab Jahiliyah dan permulaan Islam menilai bahwa orang yang sempurna adalah yang dapat menulis, berenang dan melempar panah.”
Abu Hurairah masuk Islam usia 60 tahun , dan selalu menyertai Rasulullah sepenuhnya, dan mampu meriwayatkan 5.374 Hadits.
Anas bin Malik Al-Anshari Al khazraji, pelayan nabi sejak usia 10 th dan terus menyertai nabi selama 20 th. Dia wafat dengan meninggalkan 120 anak. Mampu meriwayatkan 2.286 hadits.
Abu Bakar Al-Anbari membaca setiap pekan sebanyak 10 ribu lembar. Hingga beliau sering sakit dan membawanya pada kematian karena sering membaca.
Syekh Ali Ath-Thantawi membaca 100 – 200 halaman setiap harinya. Menulis artikel di Media massa lebih dari 13 ribu halaman, sedangkan yang hilang sejumlah itu juga dan bahkan lebih.
Imam Ibnu Jarir Ath Thabari mampu menulis empat puluh halaman kitab setiap harinya, selama 40 tahun dari usianya yang terakhir.
Sa’id ibn al-Musayyab (satu dari 7 ahli fiqih di madinah) selalu datang ke masjid sebelum adzan dan tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram selama 60 tahun.
Al-Mazini membaca Risalah asy-Syafi’i sebanyak 500 kali.
Atha’ ibn Abi Rabah menuntut ilmu di Masjidil Haram dan tidur disana selama 30 tahun.
Jabir ibn Abdullah ra menempuh perjalanan sebulan penuh dari kota Madinah ke kota ‘Arisy di Mesir hanya demi mencari satu Hadits.
Ibnu Idris mengkhatamkan Al-Qur’an di rumahnya 4.000 kali.
Ibnu al-Jauzi menulis lebih dari seribu judul buku.
Imam Ahmad menempuh perjalanan ribuan kilomater untuk mencari satu Hadits, bertani untuk mencari rezeki, masih membawa-bawa tempat tinta pada usia 70 tahun, dan dicambuk penguasa karena membela sunnah sampai bekas cambukan dipundaknya tak terhapus.
Imam asy-Syafi’I terjaga semalaman sampai fajar dalam mempelajari satu hadits dan satu masalah. Malam-malam beliau isi dengan membaca, sholat, atau belajar.
Imam al-Bukhari menulis kitab Shahih-nya selama 16 tahun dan selalu sholat dua rakaat setiap kali menulis satu Hadits, serta berdoa meminta petunjuk Allah. Sehingga karyanya menjadi contoh teladan, tujuan para ulama dan pemuncak cita-cita.
Imam Nawawi (w. 676 H), penulis Kitab Riyadhush Shalihin, al-Majmu’, dan Syarah Shahih Muslim, disebutkan bahwa beliau setiap hari belajar 8 cabang ilmu dari subuh sampai larut malam.
Al-Mizzi, Ibn Katsir, Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Ibn Hajar, al-Suyuthi, al-Sakhawi, dan ulama besar lainnya, menyisihkan lebih dari 15 jam per hari untuk membaca dan menulis.
Sumber: Materi kuliah Filsafat Ilmu dan Islamic Worldview di Magister Manajemen Pendidikan dan Pemikiran Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor oleh Nuim Hidayat