Mahasiswa BIPA PBSI FKIP UAD: Membatik Mengenalkan Budaya
FKIP UAD – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (PBSI FKIP UAD) memiliki kelas peminatan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Dengan jumlah 16 mahasiswa semester empat, kelas BIPA di bawah dosen pengampu Sudaryanto, S.Pd., M.Pd. mengadakan kegiatan membatik. Bertempatkan di Batik Kelik Bangunharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul pada Jum’at (10-06-2022). Peserta kegiatan membatik secara luring terdiri sebanyak 11 mahasiswa, dan 5 lainnya menggunakan media daring.
“Saya sudah memfasilitasi untuk mahasiswa membatik secara luring, mungkin ada beberapa hal yang membuat 5 mahasiswa lainnya tidak bisa hadir secara luring.” tutur Sudaryanto kepada tim Humas FKIP melalui WhatsApp.
Mahasiswa yang hadir secara daring menggunakan media Google Meet. Teknisnya mahasiswa menyimak uraian dari peserta yang membatik secara luring. Kemudian Sudaryanto sebagai operator Google Meet menyampaikan kepada Kelik sebagai pembimbing apabila ada yang perlu dijelaskan.
Kaitan BIPA dengan Membatik
Kegiatan membatik memiliki unsur keterikatan yang kuat dengan pengembangan perangkat pembelajaran BIPA. Tugas akhir mahasiswa kelas BIPA adalah membuat modul BIPA Tematik. Modul BIPA Tematik tersebut berisi tentang bahasa dan budaya Indonesia.
“Membatik menjadi kegiatan khas yang ada di Indonesia, bahkan kain batik sendiri adalah kain khas dan kebanggaan Indonesia.” ujar Sudaryanto.
Muhammad Khoirun Nashruddin sebagai peserta membatik menjelaskan tahapan membatik. Membatik diawali dengan penjelasan cara membatik oleh pembimbing. Selanjutnya mahasiswa mempunyai kesempatan untuk membatik pada sebuah kain kosong sebagai upaya pembiasaan. Pada tahap selanjutnya, mahasiswa memberikan garis sketsa menggunakan lilin panas pada sketsa yang telah dibuatkan oleh pembimbing. Kegiatan selanjutnya adalah pemberian warna sesuai dengan imajinasi mahasiswa. Selanjutnya yaitu tahap pengeringan, dan yang terakhir adalah penguncian warna.
Meskipun kegiatan membatik bukan termasuk dalam katagori kampus merdeka, namun membatik memiliki daya tarik tersendiri. Kegiatannya dilakukan di luar ruangan serta mahasiswa terjun langsung melakukan pembelajaran secara langsung atau praktik. Kegiatan membatik memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada mahasiswa BIPA, selanjutnya mereka yang akan memperkenalkannya kepada dunia.
“Alhamdulillh, mahasiswa yang mengikuti secara daring merasa senang. Mereka jadi tahu membatik memiliki proses yang panjang, sehingga mahasiswa harus belajar sabar. Seperti halnya mencapai keberhasilan memerlukan kesabaran yang luar biasa.” ungkap Sudaryanto mengakhiri sesi wawancara.
“Perasaan saya setelah membatik sangatlah melelahkan karena tidak semudah yang kita bayangkan, dan setelah mempraktikkannya harus rajin berlatih lagi. Akan tetapi di satu sisi saya juga sangat senang karena mendapatkan pengalaman yang baru sebagai momen yang menyenangkan untuk nantinya saya ceritakan kepada peserta didik tentang bagaimana membatik.” tulis Deswita Rehani Kuncoro, mahasiswa peserta kegiatan membatik. (NAM)