PENDIDIKAN INKLUSI DARI UAD UNTUK LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT
Lombok pasca gempa bumi 29 Juli 2018 kini mulai berbenah. Berbagai infrastruktur dibangun kembali dan kegiatan perekonomian kembali normal, meskipun masih meninggalkan sedikit trauma di masyarakat. Trauma healing masih dilakukan oleh seluruh masyarakat Lombok maupun pihak luar. Pada bidang pendidikan, keterampilan menyelesaikan masalah mulai diarahkan pada masalah-masalah kontekstual. Anak-anak dilatih untuk memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya. Hal ini akan mendukung keterampilannya dalam menyelesaikan masalah.
Tepatnya di Kabupaten Lombok Tengah dan Kota Mataram, tim peneliti Universitas Ahmad Dahlan melaksanakan kunjungan kebeberapa sekolah dalam rangka pengambilan data untuk Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) Kemenristekdikti. Tim peneliti yang beranggotakan Dr. Siti Urbayatun, M.Si. (S2 Psikologi Profesi), Dr. Suyatno, M.Pd.I. (S2 Manajemen Pendidikan), Ika Maryani, M.Pd. (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), dan Caraka Putra Bhakti, M.Pd. (Bimbingan Konseling) sejak tanggal 13 hingga 17 Juli 2018 melaksanakan Forum Group Discussion dengan guru dan siswa SMP di Lombok untuk memotret kondisi pembelajaran khususnya pascagempa.
Pada kesempatan yang sama, peneliti UAD dan prodi PGSD Universitas Negeri Mataram mengadakan kuliah umum dengan tema peran pendidik dalam pendidikan inklusi. Tema ini dipilih karena relevan dengan kondisi sekolah-sekolah di Lombok yang memiliki banyak siswa berkebutuhan khusus. Beberapa sekolah di Kabupaten Lombok Tengah menjadi pilot project program sekolah inklusi yang diharapkan dapat berimbas pada sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Urbayatun menyatakan bahwa guru harus memiliki bekal untuk mendampingi siswa-siswanya yang berkebutuhan khusus. Pengetahuan minimal yang harus dimiliki adalah penanganan gangguan perkembangan pada anak. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. (FS)