Pesta Demokrasi yang Miskin Tamu
Oleh Karina Yuliandari
Pesta Demokrasi yang salah satu agendanya adalah pemilihan wakil rakyat yang secara langsung di pilih oleh rakyat menjadi moment yang paling di tunggu-tunggu oleh sebagian rakyat, baik rakyat dalam lingkup kampus maupun lingkup dengan skala yang lebih besar yaitu negara. Namun, tak mampu di pungkiri pula bahwa sebagian rakyat menganggap bawah pesta demokrasi hanya merupakan ajang sia-sia karena meskipun berlabel demokrasi tetapi keputusan yang dilaksanakan terkadang bukan atas kehendak dan sesuai kebutuhan rakyat, entahlah demokrasi macam apa ini ! tak sedikit rakyat yang menganut paham bahwa pesta demokrasi hanyalah euforia belakang, menghambur-hamburkan uang untuk membeli minuman dan jajanan untuk para tamu pesta, menghabiskan waktu untuk bercanda ria tanpa memahami apa makna yang terlontarkan dari cengkramaan asyik itu.
Tamu pesta sangat diharapkan kehadirannya, berbagai macam bentuk undangan di sampaikan, design undangan paling bagus pun sudah di tampilakn untuk menarik hati, berbagai macam jajanan dan minuman siap di suguhkan hanya untuk menyambut tamu-tamu pesta, tamu yang terdiri dari berbagai kelompok ; kelompok orang-orang yang di segani sampai kelompok-kelompok orang yang baru di pedulikan akhir-akhir ini, namun ketika sudah memasuki area pesta berlangsung semua jenis kelompok ini seolah-olah sama derajatnya, atau barangkali disamakan oleh tuan rumah yang sedang berhajat, ya, begitulah. Suara yang keluar dari mulut mereka, begitulah sang tuan rumah mengharap nada yang keluar dari mulut mereka adalah perkataan yang sama, inilah yang menyebabkan tak adanya kesenjangan diantara mereka, semua jadi satu. Tak peduli dari kelompok mana, tak peduli bau mulut tempat keluarnya nada, yang penting nada yang dikeluarkan sama. Ketidakpedulian dan anggapan bahwa mereka itu sama lah yang menjadi irama pengiring nada yang dilantunkan.
Sayangnya, para tamu itu pergi entah kemana, sebagian tak tau rimbanya. Kasian sang tuan rumah. Banyak hal yang menjadi alasan para tamu untuk tidak menghadiri pesta ; undangannya bagus tapi jajanan dan minumannya sudah basi, mending saya mencari makan sendiri yang lezat meski hanya sepotong arem-arem untuk saya dan keluarga daripada ada donat, martabak, lemper, gorengan dan es cendol tapi sudah basi. begitu katanya. Ketika ada pesta baru meminta saya untuk melantunkan nada ketika pesta usai dan amplop berisi penuh lupa lagi dengan saya, padahal yang saya butuh tidak hanya makanan di hari H tapi setiap hari saya butuh makan, begitu pula katanya.
Pesta demokrasi tidalah jika hanya di lakukan dalam skala besar seperti negara, namun pesta demokrasi juga harus di ajarkan dengan baik kepada pemerintahan di bawah (Kampus, Daerah bahkan Keluarga.red) karena belajar sedari dini tentang demokrasi itu akan berefek baik di kemudian hari.
Universitas Ahmad Dahlan, salah satu kampus swasta di Yogyakarta rasa-rasanya pun akan melangsungkan pesta demokrasi dalam tempo dekat ini, terlihat beberapa benner (undangan) untuk rakyat di sebar sebagai pemberitahuan, persiapan sudah dilakukan ; dari panitia penyambut tamu, panitia penyiap jajanan dan minuman sampai dengan panitia penata sendal. Antusias sekali para panitia ini meski tak di bayar, tapi rasanya akan tetap bangga memakai pakaian segaram nantinya, segaram harga puluhan ribu (mungkin sekitar 50 ribu.red-paling banter) dianggap sebagai imbalannya. Tak hanya panitia tuan rumah yang sibuk mondar-mandir, angkat-angkat perlengkapan dan tes-tes micropone, tapi tamu-tamu kehormatan yang akan tampil di pesta sebagai hiburan pun sibuk mempersiapkan penampilannya ; memakai jaz agar terlihat berwibawa atau memakai baju rombengan agar di hibah.i, tujuannya hanya satu, agar di lihat oleh para tamu dan tamu bersorak untuk mereka.
Pesta benar-benar sudah di ujung tanduk, tamu kehormatan yang satu mulai menerka-nerka siapa yang akan menjadi tamu kehormatan lainnya yang juga akan berlaga di panggung hiburan, tak hanya panggung hiburan yang tujuannya menghibur hati rakyat yang sedang lara tapi juga diatas panggung sandiwara yang akan mengelabui rakyat, agar rakyat tak hanya menjadi suka cita namun juga bersorak-sorak mengeluarkan satu nada. Jika pesta demokrasi yang ada di skala besar seperti negara miskin tamu, apakah pesta demokrasi di negeri kampus ini juga akan miskin tamu??
Karina Yuliandari, mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2009 FKIP, anggota Redaksi Pers Mahasiswa “POROS” Univ. Ahmad Dahlan
Diterima redaksi 02 Desember 2011