Kajian Bulanan FKIP #26: Meneladani Kepribadian Nabi sebagai Pendidik
Kajian Rutin Dosen dan Tendik FKIP telah berlangsung sebanyak 26 kali pada Sabtu (28/06). Sama seperti biasanya kajian berlangsung di Educator Halls, Gedung Utama Kampus 4 UAD. Kajian kali ini menghadirkan Ust. Qaem Aulassyahied, S.Th.I., M.Ag. dengan materi Kepribadian Nabi sebagai Pendidik #2. Pada pertemuan sebelumnya Qaem juga sudah pernah memberikan tausiyah dengan materi serupa.
Pada sambutannya, Dekan FKIP UAD, Muhammad Sayuti, M.Pd., M.Ed., Ph.D. menyampaikan bahwa forum silaturahmi seperti ini sangat penting dalam kehidupan sosial yang modern. Silaturahmi berarti menjaga dan mempererat hubungan sosial antarindividu dalam masyarakat, berperan penting dalam membangun rasa kebersamaan, saling percaya, dan solidaritas.
Kita harus bersyukur memelihara forum-forum seperti ini untuk membangun social cohesion, ungkap Sayuti.
Pada penyampaian mater, Qaem membahas model dan metode pendidikan dari hadis-hadis Rasulullah SAW yang ada dalam kitab Syekh Hasan Khattir. Qaem memaparkan setiap hadis mulai dari teks dan makna globalnya. Qaem juga menjelaskan pelajaran pendidikan yang bisa diambil dari tiap hadis tersebut.
Model dan Metode Pendidikan dari Hadis
Model Pendidikan:
- Pendidik yang mencintai dan dicintai murid (al-muhibbu wal-muhabb)
- Pendidik yang menjadi teladan (al-qudwah/ al-mitsaliah)
- Pendidik yang bijaksana
- Pendidik yang percaya pada kemapuan murid untuk berubah (qudratul tahawul)
- Pendidik yang sabar
- Pendidk yang berprasangka baik
- Pendidik yang teguh pada prinsip (asabir bil mabadi’)
Metode Pendidikan:
- At-tasywiq: Menumbuhkan rasa ingin tahu pada murid
- Al-ikhtibar: Menguji pemahaman dan kehadiran murid secara aktif, bukan hanya fisik tapi juga jiwa
- Attadaruj: Mengajar secara bertahap, sesuai kondisi pribadi, intelektual, dan sosial murid
- At-taujih al-mubasyir: Pengarahan langsung, seperti metode sorogan di pesantren
- Al-ihsan lil ihsan: Membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik untuk menumbuhkan cinta dan kepercayaan murid
- Asiqah al-mutabadilah: Saling percaya antara pendidik dan peserta didik
- Attarbiyah bil mawqif: Pendidikan berbasis situasi konkret (kasus nyata/CBSA)
- Al-musarah wa adamul mudarah: Menegur langsung tanpa permakluman pada hal prinsipil
- At-ta’lim lil ‘am bil khas: Mendidik banyak orang melalui kasus khusus, tanpa menyebut pelaku
Qaem menyebut pendidikan berbasis kasus nyata (attarbiyah bil mawqif) sebagai salah satu metode yang sangat efektif. Hal ini sangat efektif karena pendidik dapat langsung memanfaatkan situasi konkret sebagai sarana pembelajaran. Dengan cara ini, mahasiswa atau peserta didik bisa langsung merasakan dan memahami nilai-nilai yang diajarkan.
Jadi Nabi ternyata semenjak dahulu sudah mengajarkan metode pendidikan cashbas… Karena di situ dikatakan dengan pendidikan berbasis maukif atau kasus konkret, murid itu bisa langsung merasakan realitas yang lebih berdampak dan bermanfaat, jelas Qaem.
Qaem juga menekankan agar dosen dan tenaga kependidikan meneladani sifat dan karakter Rasulullah sebagai pendidik dalam kehidupan sehari-hari. Model dan metode pendidikan yang dicontohkan Nabi tetap relevan secara historis dan sangat aplikatif untuk menghadapi tantangan pendidikan masa kini.
Tak kalah penting, keteladanan guru (al-qudwah) juga menjadi pondasi utama. Sebab, Peserta didik akan lebih mudah menerima pesan dan nasihat jika guru sudah lebih dulu mengamalkan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian, peran guru tidak hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai teladan nyata yang mampu menginspirasi dan membentuk karakter peserta didik.