Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali memberikan beasiswa kepada mahasiswanya, tercatat 650 mendapatkan dan mengambil di kampus I pada hari Selasa (5/5/15). Menurut Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Si. selaku Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) mengatakan, sudah sejak tahun 2000-an beasiswa diberikan kepada mahasiswa yang mempunyai nilai bagus sewaktu masuk ke UAD, dipadukan dengan nilai Indeks Prestasi (IP) pada semester 1.

Dari 650 mahasiswa yang medapatkan beasiswa tahun ini, 289 mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan yang terdiri dari 48 mahasiswa dari Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK), 36 mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), 40 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), 19 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), 52 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Matematika (P.Mat), 20 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Biologi (P.Bio), 16 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Fisika (P.Fis), 50 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dan 8 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD).

Nomilal yang diperoleh mahasiswa pada tahun ini ada peningkatan dibandingkan pada tahun yang lalu. Bila tahun tahun lalu mahasiswa mendapatkan beasiswa 720 ribu permahasiswa per tahun, pada tahun ini menjadi 840 ribu permahasiswa pertahun. “Saya berharap, mahasiswa yang mendapat beasiswa bisa terpacu untuk berprestasi, baik akademik maupun nonakademik. Jika mereka berprestasi, maka tidak akan sulit untuk mendapatkan beasiswa yang lebih besar,” tutup Hendro. (H2)

Bertempat di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Madiun, Jumat (10/4/15) Tim Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan berhasil meraih juara 1 Lomba Cipta Media Papan Bimbingan Tingkat Nasional

Sebagai penyelenggara pada lomba tersebut yaitu Himpunan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (Himabiko) Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI Madiun. Dalam sambutannya Dahlia Novarianing Asri, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi BK IKIP PGRI MADIUN menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 30 tim dari 17 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.

Caraka Putra Bhakti, S.Pd., M.Pd. sebagai salah satu Tim pendamping menyampaikan bahwa Prodi BK FKIP UAD setelah mendapatkan surat dari teman-teman Himabiko IKIP PGRI Madiun langsung berkoordinasi dengan Tim Pendamping Mahasiswa Prodi BK FKIP dan dilanjutkan dengan membentuk  tim, yang tiap timnya terdiri dari 3 mahasiswa baik semester 6 dan 4 dan langsung berkerja keras semaksimal mungkin untuk menyusun media papan bimbingan selama beberapa hari.

Alhamdulilah, berkat kerja keras, dukungan dan doa dari berbagai pihak salah tim dari Prodi BK FKIP UAD berhasil juara dan masuk 10 besar antara lain. Juara 1 dari Universitas Ahmad Dahlan (Siti Ummi Novirizka H, Khilda Wulidatin N, Viant Arsis V), Juara 2 dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juara 3 dari IKIP PGRI Madiun, Urutan 4 dari Universitas Ahmad Dahlan (Rahmat Pamuji, Laili Ni’amah, Dian Hashfi M) urutan 5 dari Universitas PGRI Semarang, Urutan 6 dari Universitas Ahmad Dahlan (Abdan Syakuro S, Wuni Indriyani, Anjas Wahyu K), Urutan 7 dari IKIP PGRI Madiun, Urutan 8 dari Universitas Negeri Surabaya, Urutan 9 dari IAIN Surakarta dan Urutan ke 10 dari Universitas Selamat Riyadi Solo. Semoga dari hasil prestasi ini menjadi keberkahan bagi kita semua. (H2)

Sabtu (21/03/2015) Teater JAB (Jaringan Anak Bahasa) mengadakan study pentas di Auditorium Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Study pentas ini merupakan proses awal bagi anggota baru Teater JAB. Pementasan tersebut mengambil dua naskah yaitu Bonus karya Danik TS dan Tumbal karya Puput Alviani.  Naskah Bonus disutradarai oleh Agung Pundong dengan astrada (asisten sutradara) oleh Melia Tri Pamungkas dan naskah Tumbal disutradarai oleh Dinar Suci Mayaratih dengan astrada Jumrotul Wuskha. Studi pentas tersebut mengangkat tema yaitu Nandur Wiji Polatan. “Nandur Wiji Polatan sendiri mengambil dari Bahasa Jawa. Nandur berarti menanam, wiji berarti biji, dan polatan berarti ekspresi. Ekspresi yang dimaksud adalah sebuah perwujudan nyata dalam berkesenian yang dipentaskan oleh anggota baru dalam Teater JAB. Jadi, studi pentas ini diharapkan memberikan suatu energi baru yang ditanamkan dalam berkesenian bagi anggota baru yang sedang berproses untuk sebuah awal karya seni bagi mereka”, tutur Sofyan Khoiruddin selaku Pimpinan Produksi (Pimpro).

Aktor Bonus yaitu Bekti Tri Utomo, Vicky Atmoko, Amalia Ngazimah, Gatie, dan Sasi. Aktor Tumbal yaitu Isnan Nahari Falakh, Afita Nur Isnaini, Shela Noviana, dan Sinta Debi Erlina. Proses latihan berlangsung dua bulan. Salah satunya yaitu ada latihan alam yang diadakan Ahad (01/03/2015) di Pantai Pandansari. Pementasan tersebut dihadiri oleh Teater kampus lainnya seperti Teater 42, Teater Eska, Teater Bening, dan Teater dari ISI. (R2)

Rabu (11/3/2015) mahasiswa KKN Alternatif XLVI. A,2 mengadakan acara yang diselenggarakan oleh LSBO (Lembaga Seni Budaya dan Olahraga) PP Muhammadiyah, Forum Apresiasi Sastra (FAS) ke-44. LSBO bekerja sama dengan UAD membentuk FAS guna mengembangkan minat mahasiswa terhadap sastra. Kegiatan tersebut diselenggarakan secara rutin setiap bulan tepatnya hari Rabu minggu kedua. Acara diskusi dilakukan di Hall Kampus 2 UAD Yogyakarta dan dimulai pukul 19.30 WIB.

Tema yang diangkat pada malam FAS ke-44 yaitu Jelajah Sastra Cyber. Pemateri diskusi yaitu Fitri Merawati, M.A.. Fitri Merawati merupakan salah satu alumni dari mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) UAD Yogyakarta. Fitri Merawati mengatakan bahwa Sastra Cyber ini bisa dijadikan bahan untuk skripsi. Sastra Cyber sendiri artinya mengerjakan atau menulis karya sastra di internet. Sastra Cyber ini mengalami pro dan kontra. Sebuah artikel milik Ahmadun Yosi Herfanda (redaktur koran Republika) yang dimuat dalam Republika tahun 2001 menyatakan bahwa Sastra yang dituangkan melalui media cyber cenderung sebagai “tong sampah”. Namun, yang mendukung Sastra Cyber mengatakan bahwa karya sastra itu bebas.

Sastra Cyber memiliki kelebihan yaitu ruang yang luas dan waktu yang cepat. Selain itu, memberi kebebasan kepada siapa pun, sedangkan kelemahannnya yaitu jika listrik mati atau batrei yang digunakan habis. “sebuah karya apabila tidak dibaca hanya akan menjadi artefak. Sastra Cyber akan membantu karya sastra menjadi hidup” tutur Fitri Merawati. (R2)