Kuliah Umum PBSI UAD Angkat Tema Sastra Wayang
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UAD menggelar kuliah umum daring dengan tema Sastra Wayang pada Jumat (18/07). Kegiatan ini menghadirkan Prof. Dr. Aprinus Salam, S.S.,M.Hum., dosen Magister Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagai narasumber.
Wakil Ketua Program Studi PBSI, Wachid Eko Purwanto, S.Pd., M.A., membuka acara dengan sambutan hangat. Ia menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas kehadiran Aprinus dalam kuliah umum kali ini.
Hari ini kita kedatangan tamu istimewa, karena Prof. Aprinus merupakan guru kami sewaktu menempuh kuliah di pascasarjana UGM. Terimakasih untuk Prof. Aprinus yang sudah meluangkan waktunya untuk hadir mengisi kuliah umum di prodi PBSI UAD dengan tema Sastra Wayang, ujar Wachid.
Ragam Aspek Sastra Wayang
Dalam pemaparannya, Aprinus membahas sejarah dan perkembangan wayang di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa wayang sudah dikenal sejak masa Hindu melalui kisah Ramayana dan Mahabharata. Beberapa pendapat menyebutkan wayang mulai berkembang pada abad ke-9 seiring kemajuan budaya di masa itu.
Lebih lanjut, Aprinus menyampaikan bahwa sastra wayang memiliki ruang lingkup kajian yang sangat luas, antara lain:
- Sejarah dan asal-usul
- Kajian tentang bahan dan bentuk
- Wayang sebagai seni pertunjukan
- Wayang yang ditulis dalam bentuk teks dan lisan secara verbal
- Kajian tentang dhalang dan unsur pendukungnya
- Wayang sebagai tradisi dan sastra lisan
- Kajian perbandingan dalam sastra wayang
Aprinus juga menekankan pentingnya pemahaman tentang penokohan dalam sastra wayang, karena karakter-karakternya bersifat simbolik dan erat kaitannya dengan mitologi tertentu. Alur cerita mengikuti pakem yang sudah baku, namun terdapat peluang kajian lebih lanjut dengan membandingkan alur pakem dengan carangan atau versi-versi bebas.
Aspek setting juga memiliki potensi besar dalam kajian sastra wayang. Lokasi-lokasi seperti Amarta, Hastina, Alengka, Madaraka, dan Dwarawati bukan hanya berfungsi sebagai latar geografis, tetapi juga mengandung makna simbolik yang kaya. Dari sisi tema, sastra wayang dan sastra lainnya memiliki peluang eksplorasi yang setara.

Peserta Kuliah Umum Sastra Wayang
Sementara itu, dalam konteks kajian, Aprinus membagi menjadi dua:
- Konteks internal, yakni berbagai peristiwa dan kejadian dalam cerita wayang itu sendiri, dan
- Konteks eksternal, yang mencakup penulisnya, waktu serta kondisi sosial dan budaya yang melatarbelakangi penciptaannya.
Dengan demikian, sastra wayang menunjukkan keunikan dibandingkan sastra pada umumnya. Penulis menggambarkan tokoh, alur, setting, tema, dan konteks secara khas untuk menyampaikan nilai-nilai filosofis dan simbolik. Melalui unsur-unsur tersebut, sastrawan menghadirkan kekayaan budaya yang mencerminkan kehidupan dan pandangan masyarakat.
Melalui kegiatan ini, Prodi PBSI UAD menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan kajian sastra wayang secara berkelanjutan. Prodi terus mendorong mahasiswa dan dosen untuk terlibat aktif dalam penelitian, diskusi, dan pelestarian sastra tradisional agar nilai-nilainya tetap relevan di tengah perkembangan zaman.
(wirawati/ed: ink)