Magister Pendidikan Fisika (MFis) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Pelatihan Guru IPA MTs se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Rabu(14/8). Acara ini bertema “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Memanfaatkan Teknologi sebagai Media Pembelajaran IPA yang Interaktif dan Efektif”. Bertempat di Amphiteather A Gedung Kedokteran Kampus IV UAD dan Pengamatan Matahari di Observatorium UAD.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran yang lebih interaktif dan efektif. Dalam era digital, penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan memperdalam pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Para peserta pelatihan mendapatkan materi tentang berbagai perangkat lunak yang dapat mereka gunakan dalam pembelajaran IPA. Penggunaan perangkat lunak tersebut antara lain pemanfaatan permainan tradisional dalam pembelajaran IPA, pemanfaatan Tracker dalam pembelajaran IPA, dan penggunaan teleskop untuk pembelajaran IPA. Selain itu, para peserta juga berkesempatan untuk melakukan praktik langsung dengan dosen MPFis UAD.
Materi Permainan Fisika
Dr. Moh. Toifur, M.Si. mempresentasikan fisika permainan (Foto: MPFis UAD)
Dr. Moh. Toifur, M.Si. menerangkan hubungan antara permainan tradisional dengan konsep-konsep fisika. Analisis gerakan dalam permainan menggunakan Logger Pro dan fitting data untuk pembelajaran fisika. Analisisi ini untuk mengungkapkan hubungan ilmiah di balik aktivitas yang sederhana. Game fisika merujuk pada simulasi fenomena fisika di dalam permainan video atau aplikasi interaktif. Ini melibatkan penerapan hukum-hukum fisika seperti gravitasi, gerak, tumbukan, elastisitas, dan aerodinamika dalam dunia virtual untuk menciptakan pengalaman yang lebih realistis dan dinamis bagi pemain.
Materi Tracker
Selanjutnya, Okimustava, M.Pd.Si. menerangkan terkait anggapan bahwa fisika sebagai pelajaran paling sulit di dunia. Namun, sebenarnya fisika sangat terkait dengan aktivitas sehari-hari seperti gerak. Melalui penggunaan Tracker, sebuah perangkat lunak dengan fitur analisis terbatas namun efektif, gerakan benda dapat teranalisis. Sebagai contoh, dengan menggunakan sampah sebagai media pembelajaran, kita dapat membuat mobil-mobilan sederhana, merekam gerakannya dengan kamera ponsel, dan menganalisisnya menggunakan Tracker. Perangkat lunak ini akan menampilkan grafik seperti Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), yang membantu menjelaskan konsep fisika secara nyata. Untuk menggunakan Tracker, perlu perangkat seperti kamera ponsel, komputer, penggaris, dan objek.
Okimustava, M.Pd.Si. mempresentasikan Tracker (Foto: MPFis UAD)
Baca juga: FKIP UAD Goes to Philippines: Bangun Hubungan Pendidikan dan Keterlibatan Komunitas
Materi Teleskop
Yudhiakto Pramudya, Ph.D. mengungkapkan bahwa atmosfer memiliki penapis yang menyaring seluruh gelombang kecuali gelombang radio dan cahaya tampak. Jika ingin melihat benda langit di bawah atmosfer Bumi, perlu memilih alat yang dapat menerima cahaya tampak dan gelombang radio. Fungsi teleskop adalah mengumpulkan cahaya sehingga objek yang redup menjadi lebih terang dan meningkatkan resolusi untuk melihat benda lebih detil.
Gerak Bumi yang berotasi menyebabkan adanya siang dan malam. Teleskop ekuatorial sudah menyesuaikan dengan gerak rotasi Bumi. Semakin jauh benda langit, semakin kecil ukuran tampaknya. Butuh teleskop dengan diameter optik obyektif yang besar untuk melihat lebih detil. Hal ini karena teleskop dapat memperbaiki daya pisah bila dibandingkan dengan mata. Bintang ganda yang terlihat sebagai satu titik dapat terpecah menjadi dua bintang dengan menggunakan teleskop.
Yudhiakto Pramudya, Ph.D. mempresentasikan Teleskop (Foto: MPFis UAD)
Setelah mendengarkan pemateri, para guru berkesempatan untuk melakukan pengamatan Matahari menggunakan teleskop yang tersedia di Observatorium UAD. Pengamatan ini fokus pada fenomena-fenomena pada Matahari seperti Bintik Matahari. Pelatihan ini memberikan wawasan baru bagi guru-guru IPA meskipun berdurasi singkat. Fisika memang tidak menjadi pelajaran khusus di jenjang sekolah menengah pertama, namun materi pelatihan fisika ini dapat terintegrasi dengan bidang ilmu lainnya di ruang lingkup IPA. Antusias guru juga terlihat saat berdiskusi tentang alat peraga astronomi yang terkait dengan pemahaman siswa terutama untuk siswa disabilitas. Melalui pelatihan ini, harapannya guru terus mengembangkan diri termasuk dengan melanjutkan studi pascasarjana di Program Studi Magister Pendidikan Fisika UAD.
Pengamatan Matahari di Observatorium UAD (Foto: MPFis UAD)
(yp/ed: ql Humas FKIP UAD)